قَالَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ
اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ، اْلإِمَامُ الْعَادِلُ،
وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي
الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ،
وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ،
فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى، حَتَّى لاَ تَعْلَمَ
شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ
عَيْنَاه. (صحيح البخاري)
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah سبحانه وتعالى pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya. (1) Pemimpin
yang adil, (2) Seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada
Allah سبحانه
وتعالى, (3) Seorang yang
hatinya selalu terikat pada masjid, (4) Dua orang yang saling mencintai kerana
Allah سبحانه
وتعالى, berkumpul dan
berpisah kerana Allah juga, (5) Seorang lelaki yang di ajak zina oleh wanita
yang kaya dan cantik tapi ia menolaknya sambil berkata ‘Aku takut kepada
Allah’, (6) Seseorang yang bersedekah dengan menyembuyikannya hingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya, serta (7)
Seorang yang berzikir kepada Allah di kala sendiri hingga meleleh air matanya[Q2] basah kerana menangis.” (Sahih
Bukhari, Hadis no 620)
Pertama, adalah
pemimpin yang adil.
Pemimpin ini
bersikap adil. Dalam hal amanat ia benar-benar mengembannya dengan baik, tidak
melampaui batas dan tidak meremehkan. Keadilannya tidak beralih pada harta dan
tidak beralih pada kesenangan dunia. Tak ada takut, selain kepada Allah. Suka
mendengar kebaikan dan terdepan melawan kezaliman. Itulah pemimpin yang akan
mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Ke dua, adalah
pemuda yang tumbuh dalam ketaatan pada Allah.
Kenapa
disebut pemuda? Karena pemuda asalnya nafsunya begitu tinggi pada dunia dan
kebanyakan itu lalai dari akhirat. Pemuda adalah jiwa tertinggi dalam kemampuan
fisik, semangat dan kemauan sehingga jika terbelok salah arah akan menjadi
sangat berbahaya. Kalau ada pemuda yang rajin berjamaah di masjid, rajin
menghadiri shalat fajar, rajin menolong, rajin fisabilillah dan akhlaknya pun
bagus pada bapak-ibunya. Maka dialah pemuda yang jadi harapan akan mendapatkan
naungan Allah pada hari kiamat.
Ke tiga adalah
ada orang yang hatinya selalu terkait dengan masjid.
Yang
dimaksud di sini adalah laki-laki. Karena wanita lebih layak tempatnya di
rumah. Sampai pun untuk shalat lima waktu, wanita lebih utama mengerjakannya di
rumah dan pahalanya lebih besar. Sedangkan laki-laki, tempat shalatnya itu di
masjid. Sekali lagi! di masjid.
Ke empat adalah dua orang yang saling mencintai di
jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.
Yang
dimaksud adalah mereka yang berteman karena Allah. Sehingga teman yang dipilih
adalah karena tertarik pada keshalihan, bukan tertarik pada dunia dan harta.
Pertemanan tersebut dibangun di atas iman sampai maut menjemput. Saling
menasehati dengan tulus karena ingin saling menyelamatkan akherat sebagai
tujuan akhir.
Ke lima ada seorang laki-laki yang diajak berzina oleh
seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi rupawan, lalu ia berkata, ‘Aku
benar-benar takut kepada Allâh.’
Ada wanita
yang kaya raya, terhormat dan begitu cantik. Ia menggoda dan mengajak laki-laki
untuk berzina. Namun karena takut pada Allah, laki-laki tersebut tidak
melakukannya. Sangat sulit bukan? kecuali bagi yang memegang iman dengan
seerat-eratnya.
Hadits ini
mengisyaratkan tentang kisah Nabi Yusuf AS dengan permaisuri bangsawan Mesir
yang menggodanya. Kalau tidak dengan pertolongan dan perlindungan Allah tentu
Nabi Yusuf bisa saja terjerumus dalam zina.
Maka kita
bisa selamat dari maksiat hanya dengan pertolongan Allah. Ingatlah kalimat “Laa
hawla wa laa quwwata illa billah”. Apa maksud kalimat tersebut?
Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu berkata,
لاَ حَوْلَ
عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ
بِمَعُوْنَتِهِ
“Tidak ada
daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari
Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan
Allah.”
Golongan
keenam yang nantinya akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat adalah
وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ
يَمِيْنُهُ
Ke enam
seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya
sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya.
Maksudnya,
sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi.
Lihatlah ibarat yang dinyatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tangan
kanan yang berinfak lantas tangan kiri tidak mengetahuinya. Ini menunjukkan
bahwa yang paling dekat saja tidak mengetahui kalau ia bersedekah.
Namun boleh
saja seseorang bersedekah terang-terangan untuk memberikan contoh pada orang
lain. Juga sedekah boleh dilakukan terang-terangan jika yang dimaksud adalah
sedekah wajib (seperti zakat dan nafkah keluarga).
Ke tujuh seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan
sepi lalu ia meneteskan air matanya.
Maksudnya
adalah orang yang rajin berdzikir pada Allah dengan benar-benar menghayati,
hingga terkadang air matanya menetes ketika menyendiri karena takutnya pada
Allah.
Dikatakan ia
berdzikir seorang diri (ketika sepi) menunjukkan bahwa dzikir yang utama itu
disembunyikan, karena lebih akan terjaga dari riya’.
Mari kita bertekad
dengan ihtiar dan doa. Semoga Allah menggolongkan kita masuk dalam tujuh
golongan di atas yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.
Wallahu a’lam.
(sumber
: Percikan Iman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar